Para Pemuda —satu-satunya tenaga yang tersedia di tengah keadaan sosiologis yang ditentukan pemimpin-pemimipin hipokrit dan kelompok-kelompok politik oportunis serta situasi filosofis yang subur dengan agama dan ideologi ketidaksadaran, budaya dan pengetahuan pembodohan; satu-satunya tenaga yang tersedia ketika buruh dan tani belum seluruhnya menemukan kawan.
Pemuda sebagai entitas sosial mempunyai dimensi yang luas dengan keberadaannya dalam struktur sosial baik sebagai the have (kelas atas; pemodal) maupun sebagai the have not (kelas bawah; tertindas) maupun tersebar diberbagai lapangan pekerjaan/penghidupan (sering disederhanakan namun tidak begitu tepat menjadi sektor) ini bisa terbagi menjadi petani, buruh, PKL, usaha mandiri, anak jalanan, kaum miskin kota, mahasiswa dan lain sebagainya.
Dengan persebaran pemuda dalam berbagai kenyataan sosial dan teridentifikasi dalam identitas-identitas baru mengharuskan kita untuk menghubungkan sekian kenyataan dan memompakan semangat, sikap dan orientasi kolektif dalam ranah perjuangan masing-masing sesuai dengan konteks lokalitasnya yang sesungguhnya tersambungkan dalam problem yang sama yaitu kekuatan pembentuk yang menempatkan pemuda kehilangan akses menuju penghidupan yang layak akibat pekerjaan, pendidikan, nutrisi serta lingkungan sosial akibat terhisap oleh derasnya arus dehumanisasi.
Orde baru sukses meletakkan pembagian sektoral sebagai sekat-sekat yang menahan terbangunnya solidaritas. Seperti terpisahnya kaum tani dari massa buruh perkotaan, terpisahnya kaum buruh dengan buruh lainnya akibat perbedaan hasil produksi maupun kondisi kerja, atau terpisahnya kaum pekerja dengan kaum pengangguran membuat antagonisme justru hidup secara horisontal. Belum lagi kondisi ini diperparah oleh politik identitas maupun etno nasionalisme yang semakin menguat. Sesungguhnya kita memiliki modal sosial untuk menerobos sekat-sekat peninggalan orde baru ini. Latar belakang kita yang kaya akan nilai-nilai yang hidup di masyarakat dengan konteks ketertindasan masing-masing akan membuat kader berbasis massa menemukan pasangannya; ranah sosial pemuda.
Sebagai penutup ada sebuah puisi “Penindasan adalah kebisuan yang diidap oleh setiap orang. Dan pemberontakan terhadapnya adalah bahasa semua bangsa”.
Sebelum malam mengucap selamat malam
Sebelum kubur mengucap selamat datang
Aku mengucap selamat pagi kepada hidup yang jelata
M E R D E K A !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar